Skip to content

Ahli nutrisi beri kiat hindari penurunan energi di sore hari

Written by

gjpewjbuoa

Ahli nutrisi beri kiat hindari penurunan energi di sore hari

Sore hari seringkali menjadi waktu di mana kita merasa lelah dan kehilangan energi. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya istirahat yang cukup, pola makan yang tidak sehat, atau kurangnya asupan nutrisi yang tepat. Untuk menghindari penurunan energi di sore hari, penting bagi kita untuk mengikuti beberapa kiat dari ahli nutrisi.

Pertama-tama, ahli nutrisi menyarankan untuk tidak melewatkan sarapan pagi. Sarapan pagi merupakan waktu yang penting untuk mengisi energi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika kita melewatkan sarapan pagi, tubuh akan kesulitan untuk menghasilkan energi yang cukup di sore hari.

Selain itu, penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan protein di setiap waktu makan. Karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti gandum, atau oatmeal, bisa memberikan energi yang stabil dan tahan lama bagi tubuh. Sedangkan protein, seperti telur, ikan, atau daging, bisa membantu tubuh untuk memperbaiki dan membangun jaringan otot.

Selain itu, ahli nutrisi juga menyarankan untuk mengonsumsi camilan sehat di sore hari. Camilan sehat, seperti buah-buahan, kacang-kacangan, atau yogurt, bisa memberikan energi tambahan dan membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Terakhir, ahli nutrisi menyarankan untuk minum air yang cukup di sore hari. Dehidrasi bisa menyebabkan penurunan energi dan kelelahan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air yang cukup setiap hari.

Dengan mengikuti kiat dari ahli nutrisi di atas, kita bisa menghindari penurunan energi di sore hari dan tetap merasa segar dan bugar sepanjang hari. Jadi, jangan lupa untuk selalu menjaga pola makan yang sehat dan seimbang untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan tubuh kita.

Previous article

Dokter meluruskan mitos seputar paru-paru basah

Next article

Bahaya asap rokok 20 kali tingkatkan risiko kanker paru